Pernah menonton Jaipongan? Mungkin yang pernah di lihat cuma pertunjukan di majlis rasmi sahaja tetapi Jaipongan yang sebenar adalah jauh lebih hebat dan mengasyikan. Ada yang berkata Jaipongan begitu erotis, lentok dan lenggoknya membuatkan lelaki tidak senang duduk dan senyuman penarinya membuatkan penonton tidak dapat tidur nyenyak. Itu gambaran kehebatan Jaipongan, sejenis seni gerak tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira.
Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang terlahir dalam msayarakat Sunda. Gerak tarinya di serlahkan lagi dengan gerakan tangan, badan dan juga punggung penari berkenaan yang semuanya memperlihatkan interaksi antara penari dengan penonton. Gerak tarinya di katakan berasal daripada Kliningan atau Bajidoran atau juga di panggil Ketuk Tilu yang membentuk pola-pola gerak tari tradisi sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini cukup dikenali dengan nama Jaipongan.
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Pada awal kemunculan tarian tersebut ianya dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat permintaan untuk pertunjukkannya baik sama ada di TV, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh kerajaan atau oleh pihak swasta.
Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan ini juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan.
Pihak kami sedia mengaturkan pertunjukan Jaipongan ini jika ada permintaan daripada kumpulan-kumpulan tertentu yang menyertai Kembara Belantara ini.
No comments:
Post a Comment